Praktikpenilaian (termasuk tes), pengukuran, dan evaluasi yang memungkinkan terjadi dalam satu proses pembelajaran sering kali menyebabkan miskonsepsi (Miller, Linn, & Gronlund, 2012; Purnomo, 2014). Sebagian besar dalam praktiknya di lapangan, penilaian lebih sering dipersepsikan sama dengan melakukan tes untuk mengukur dan
CIANJUREKSPRES – Ukuran Yang Menjadi Dasar Penilaian Sesuatu, Pengertian nilai menurut Soerjono Soekanto adalah konsepsi abstrak yang ada dalam diri manusia, hal ini dikarenakan nilai dapat dianggap baik dan dapat pula dianggap buruk Nilai baik selalu menjadi simbol kehidupan yang dapat mendorong integritas sosial sedangkan nilai yang buruk akan memberikan dampak yang berarati seperti halnya dampak yang terjadi pada konflik BACAJUGA Seragam Sekolah Keren Ada di Indonesia Juga Lho Ukurannya untuk penilaian sesuatu dapat berbeda-beda tergantung pada jenis benda atau perilaku yang akan dinilai. Beberapa ukuran yang umum digunakan untuk penilaian antara lain Ukuran ini sering digunakan untuk penilaian produk atau layanan. Kualitas bisa diukur dari berbagai aspek, seperti fungsionalitas, keandalan, kinerja, dan daya tahan. Kualitas yang lebih tinggi biasanya dianggap lebih bernilai dan dapat memberikan keuntungan bagi produsen atau penyedia layanan. Ukuran ini biasanya digunakan untuk mengukur jumlah atau volume suatu barang atau jasa. Contohnya, untuk penjualan beras, satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram. Untuk penjualan pakaian, satuan ukuran yang digunakan adalah ukuran pakaian, seperti XS, S, M, L, dan seterusnya BACJUGA Halaman 1 2 membandingkansesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu (Sudijono, 2011). Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan dengan membandingkan hasil belajar dengan suatu ukuran tertentu. Pengukuran menurut Arikunto dan Jabar (2004) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi Validitas Isi Validitas isi adalah suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran Harsiati, 200496. Sedangkan menurut Rasyid 2007 116 validitas isi mengacu pada tingkatan dimana suatu penilaian mampu mengukur area isi yang diharapan. Tujuan pembelajaran berasal dari kurikulum khususnya kompetensi dasar KD yang diturunkan ke indikator. Dari penjelasan di atas, nampaklah bahwa suatu tes memiliki validitas isi yang baik ketika tes tersebut mengukur penguasaan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam konteks pembelajaran berdasarkan standar isi, tes yang memiliki validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan kompetensi dasar pada standar isi. Dengan demikian, dalam pembelajaran validitas isi adalah hal pertama yang harus ditegakkan dalam mengembangkan tes. Arikunto 201282 mengemukakan pemerolehan validitas isi dapat diusahakan pencapaiaanya sejak penyusunan dengan cara merinci kurikilum atau materi. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Harsiati 200497-98 menjabarkan yang dimaksud dengan “merinci kurikulum dan materi” melalui prosedur berikut. Identifikasi kompetensi secara rinci dan rincian indikator dalam kurikulum. Membuat kisi-kisi secara lengkap dan terinci yang mencantumkan pula sebaran tugas. Menjabarkan dan menulis butir soal/tugas dengan berpijak pada kisi-kisi tersebut. Validasi untuk mengetahui valditas isi suatu tes dapat dilakukan dengan cara membandingkan beberapa hal sebagai berikut. Kesesuaian isi butir-butir tes dengan indikator sensial KD pada kurikulum. Kesesuaian cakupan materi tes dengan cakupan KD pada kurikulum. Proporsi pada tes dan proporsi pada kurikulum Validitas Konstruk Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI konstruk merujuk pada kata konstruksi yang berarti susunan suatu bangunan. Ketika kita mendudukannya dalam ranah pembelajaran bahasa, bangunan tersebut mengacu pada kompetensi berbahasa. Sehingga konstruk dalam pembelajaran bahasa Indonesia berarti susunan atau bangunan kompetensi berbahasa. Konstruk diperoleh dari pengertian suatu kompetensi berbahasa. Dalam penelitian, pengertian dikaji dalam kajian teori. Kajian teori tersebut sangat penting untuk mendapatkan konstruk yang tepat mengenai suatu bangunan kompetensi. Konstruk tersebut diturunkan ke dalam indikator sensial. Indikator-indikator inilah yang nantinya akan dikembangkan menjadi kisi-kisi dan selanjutnya dibentukkan dalam butir-butir soal atau perintah. Validitas konstruk dapat diperoleh dengan cara melakukan validasi pada ahli atau praktisi pendidikan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ary Fawzi dalam mengembangkan instrumen asesmen yang akan dibahas secara lebih menyeluruh pada bagian reviu makalah ini. Konstruk kompetensi menyimak eksposisi diterjemahkan dalam beberapa pertanyaan dalam instrumen validasi berikut. Dalam tes-tes seperti UN atau UAS, keseluruhan konstruk kemampuan berbahasa menyimak, berbicara, membaca dan menulis tidak dapat diuji. Dalam tes UN bahasa Indonesia hanya kompetensi menulis dan membaca yang diuji. Sedangkan kompetensi menyimak dan berbicara tidak diuji. UN bahasa Inggris lebih lengkap dengan menyertakan listening. Alasannya biaya dan kepraktisan. Melakukan tes kemampuan menyimak dan berbicara secara nasional tentu membutuhkan banyak biaya dan waktu yang lama. Oleh sebab itu, kemampuan menyimak dan berbicara diukur dalam ujian praktek yang diselenggarakan oleh masing-masing sekolah secara mandiri. Dalam mengembangkan instrumen asesmen yang memiliki validitas konstruk yang baik, ditempuh langkha-langkah berikut. Melakukan identifikasi teori mengenai kompetensi yang akan diukur Membuat definisi konseptual mengenai kompetensi yang akan diukur Membuat definisi operasional yang sesuai dengan konstruk kompetensi yang akan diukur Menurunkan definis operasional menjadi indikator sensial Menyusun kisi-kisi berdasarkan idnikator sensial Menyusun butir soal atau tugas berdasarkan kisi-kisi Dalam menganalisa suatu instrumen memiliki validitas konstruk atau tidak maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. Membandingkan indikator sensial dengan konstruk kompetensi yang diukur Membandingkan kisi-kisi dengan dengan indikator sensial Membandingkan butir soal dengan indikator sensial dan kisi-kisi Membandingkan tuntutan tugas dengan indikator sensial dan konsep teori kompetensi yang diukur Validitas Kriteria Tanda-tanda kevalidan instrumen asesmen lain selain ketepatan konstruk dan isi adalah validitas kriteria. Validitas ini juga sering disamakan dengan istilah validitas bandingan dan validitas empiris. Dikatakan demikian karena untuk mengukur validitas kriteria suatu instrumen asesmen, hasil dari penggunaan instrumen asesmen tersebut harus dibandingkan dengan hasil penggunaan instrumen asesmen sejenis. Kedua instrumen asesmen tersebut harus memiliki kriteria yang sama. Kriteria dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI diartikan sebagai ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. Dalam buku Language Assessment, Brown 200424 validitas ini disebut criterion-related evidence yang juga dipadankan dengan istilah criterion-related validity. Sebagai contoh, dalam pembelajaran tata kalimat. Guru dapat membandingkan hasil tes yang ia buat dengan hasil tes tata kalimat dari buku di pasaran yang telah dikerjakan sebelumnya. Dari pernyataan tersebut logikanya siswa yang diuji adalah siswa yang sama. Validitas empiris akan masuk ke salah satu antara dua kategori yakni concurrent validity dan validitas prediktif. Memiliki concurrent validity jika hasil tes didukung oleh performansi tes di masa lalu. Misalnya, sebuah instrumen asesmen untuk ujian akhir lisan mahasiswa BIPA dikatakan memiliki concurrent validity jika skor tinggi ujian tersebut dibarengi dengan performansi tinggi sebagai hasil dari tes sekriteria sebelumnya. Di sisi lain, sebuah instrumen asesmen dikatakan memiliki validitas prediktif jika tes tersebut terbukti dapat memprediksi performansi seseorang di masa depan. Tes yang memiliki validitas prediktif baik sering digunakan untuk tes penempatan kerja, tes masuk pegawai, tes kecerdasan, dan sebagainya Brown, 200424-25. Alat pembanding validitas prediktif adalah nilai-nilai yang diperoleh peserta tes pada masa berikutnya. Dalam menentukan kriteria pembanding untuk validitas prediktif suatu tes, tes yang dijadikan pembanding harus memenuhi ciri-ciri tertentu seperti yang dinyatakan oleh Harsiati 2011104. Kriteria yang telah dipilih harus benar-benar menggambarkan ciri tepat dari tingkah laku yang sedang dievaluasi. Kriteria tersebut haruslah merupakan ukuran yang ajeg bagi atribut tes, dari waktu ke waktu, dari situasi satu ke situasi lain. Bebas dari bias. Pemberian skor pada suatu ukuran kriteria hendaknya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor selain selain penampilan sebenarnya pada kriteria. Dalam beberapa penelitian asesmen, validitas ini memang tidak selalu diuji. Hal ini berkenaan dengan data atau lamanya waktu yang dibutuhkan. Menanggapi permasalahan tersebut, guna mengetahui validitas ini dapat dilakukan penelitian kuantitatif komparatif. Penelitian ini membandingan hasil tes menggunakan statistik sehingga memungkinkan penghitungan yang akurat. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahuai validitas empiris adalah sebagai berikut. Menentukan kompetensi yang akan dibandingkan Mencari pembanding yang memenuhi syarat relevansi, reliabel, dan bebas dari bias Mengambil data dengan instrumen yang dibandingkan Mengambil data dari instrumen yang menjadi pembanding Mengorelasikan secara empiris dengan statistik Meniterpretasikan hasil korelasi Validitas Perwajahan Validitas perwajahan atau yang lebih dikenal dengan face validity merujuk pada arti keputusan subjektif operasionalitas dari konstruk Drost, 2011116. Pengertian tersebut mungkin agak membingungkan. Secara nyata, misalnya guru ingin mengembangkan instrumen asesmen untuk keterampilan membaca. Maka wajah dari instrumen asesmen tersebut adalah teks yang terdiri dari beberapa paragraf. Tidak berupa bacaan yang direkam. Jika demikian maka perwajahan dari instrumen asesmen tidak mewakili konstruk membaca karena lebih cocok dengan keterampilan menyimak. Hal yang sering kita temui dan perlu dicermati adalah perwajahan dari kompetensi berbicara. Acapkali, dalam ujian akhir semester UAS yang berupa tes tulis banyak ditemui butir pertanyaan mengenai kompetensi berbicara. Misalnya pertanyaan berikut. Ciri-ciri drama yang baik adalah… Pertanyaan tersebut bisa saja diturunkan dari indikator kompetensi berbicara bermain drama. Sayangnya, indikator tersebut tidak sensial dan berakibat pada salahnya perwajahan instrumen. Kompetensi bermain drama haruslah berupa perintah atau petunjuk bermain drama, bukan menyebutkan ciri-cirinya. Jika merujuk pada penjelasan sebelumnya mengenai validitas konstruk, maka validitas perwajahan adalah wujud kecil dari validitas kontruk. Logikanya, jika konstruk instrumen asesmen tidak tepat kemungkinan besar validitas perwajahannya juga akan kurang tepat. Validitas Konsekuensi Validitas konsekuensi merupakan keseluruhan konsekuensi dari penggunaan tes. Termasuk pertimbangan akurasi maksud kriteria, akibatnya pada persiapan pengampu tes, efek untuk pembelajar, dan konsekuensi sosial dari penggunaan dan interpretasi tes Brown, 200426. Contohnya, ketika suatu tes direncanakan dan diinformasikan kepada siswa, konsekuensinya siswa lebih giat belajar untuk mempersiapkan diri. Setelah siswa mengikuti tes tersebut dan mengetahui hasilnya, hasil tersebut seharusnya membuat siswa termotivasi belajar. Dikaitkan dengan konteks sosial, intepretasi dari hasil tes juga akan menempatkan siswa pada predikat mahir, sedang, atau kurang. Predikat-predikat tersebut mempengaruhi validitas konsekuensi. Bandingkan dua rubrik penilaian berikut. Rubrik I Nilai Predikat 91-100 Sangat baik 81-90 Baik 71-80 Cukup 61-70 Kurang 0-60 Sangat kurang Rubrik II Nilai Predikat 91-100 Fantantis 81-90 Wow 71-80 Bagus 61-70 Berusaha! 0-60 Semangat! Rubrik II tidak salah. Hanya saja rubrik itu jika ditunjukkan kepada siswa dapat berakibat pada menurunnya motivasi belajar siswa. Apalagi jika siswa telah belajar keras untuk tes dan mendapatkan predikat sangat kurang. Belum lagi pandangan sosial dari teman-teman sekelas yang mungkin saja akan merendahkan dirinya dan menganggapnya sebagai anak yang bodoh. Hal yang berbeda terlihat pada rubrik II. Pada rubrik tersebut, predikat kurang dan sangat kurang diganti dengan Berusaha! dan Semangat!. Kedua kata tersebut dapat menyemangati siswa untuk memperbaiki performansi belajarnya di masa mendatang, bukan terpuruk dan minder. Cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui validitas empiris adalah sebagai berikut. membuat instrumen butir dan kriteria untuk melihat aspek balikan baik berupa balikan psikologis maupun nonpsikologis mengambil data baik kualitatif maupun kuantitatif membuat pola balikan manfaat dan efek psikologis membandingkan pola
  1. ጇፌ госкէփеጏጂ
  2. Ρиτ ፁифጶሦሑд
    1. Адαպиթеձа ኬ
    2. ሁαч լежех աскаμո иτуቩεсեв
    3. О эֆеψ
menjabarkandefinisi pengukuran, penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran fisika
Kriteria skala adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian sesuatu. Ada banyak hal yang dapat digunakan sebagai ukuran kesantunan, hal ini dikhususkan pada kesantunan dalam berbahasa. Yang dimaksud dengan skala kesantunan adalah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santun sampai dengan yang paling santun. Beberapa ahli telah menyatukan pendapat-pendapatnya dari berbagai teori sebagai ukuran skala kesantunan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kriteria skala kesantunan yang telah dirangkum oleh beberapa para ahli, yakni Robin Lakoff, Brown dan Levinson, dan Geoffrey Leech. 1 Skala Kesantunan Robin Lakoff 1973 Skala kesantunan yang dijelaskan oleh Robin Lakoff terdiri atas tiga skala kesantunan saat bertutur kata. a Skala formalitas formality scale menyatakan bahwa agar peserta pertuturan, yakni penutur dan mitra tutur merasa nyaman dalam kegiatan bertutur. Oleh karena itu, tuturan yang digunakan dalam kegiatan bertutur tidak boleh bernada memaksa dan tidak boleh terkesan angkuh. Di dalam kegiatan bertutur, penutur dan mitra tutur harus tetap menjaga jarak sewajarnya mungkin antara yang satu dengan yang lainnya. b Skala ketidaktegasan disebut juga skala pilihan optionality scale menunjukkan agar penutur dan lawan tutur dapat saling merasa nyaman dalam bertutur. Oleh karena itu, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. Partisipan tutur tidak diperbolehkan bersikap terlalu tegang dalam kegiatan bertutur karena akan dianggap tidak santun. c Skala kesekawanan equality scale menunjukkan bahwa agar dapat bersifat santun, kita harus selalu bersikap ramah dan harus selalu mempertahankan persahabatan antar penutur dengan lawan tutur. Penutur harus selalu menganggap bahwa lawan tutur adalah sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Rasa persahabatan ini merupakan salah satu prasyarat untuk tercapainya kesantunan. 2 Skala Kesantunan Brown dan Levinson 1978 Brown dan Levinson 1987 menyodorkan tiga skala penentuan kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala itu ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural yang selengkapnya mencakup skala a jarak sosial, b status sosial penutur dan lawan tutur, dan c tindak tutur. a Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur social distance between speaker and hearer. Skala ini banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural. b Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur the speaker and hearer relative power atau yang seringkali disebut dengan peringkat kekuasaan power rating didasarkan pada kedudukan asimetrik kesenjangan antar penutur dan mitra tutur. c Skala peringkat tindak tutur atau yang sering disebut dengan rank rating atau lengkapnya adalah the degree of imposition associated with the required expenditure of goods or services didasarkan pada kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur yang lainnya. 3 Skala Kesantunan Geoffrey Leech 1983 Geoffrey Leech menyodorkan lima buah skala pengukur kesantunan berbahasa yang didasarkan pada setiap maksim interpersonalnya. a Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, merujuk pada besar kecilnya biaya dan keuntungan yang disebabkan oleh sebuah tindak tutur dalam sebuah pertuturan. Ukuran dari skala ini adalah semakin tuturan yang diujarkan merugikan diri sendiri, maka akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut. Sebaliknya, apabila tuturan yang diujarkan semakin menguntungkan diri penutur, maka akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan tersebut. Seorang penutur harus bisa membuat mitra tutur atau lawan tuturnya merasa nyaman dan tidak dirugikan ketika tengah melakukan percakapan. b Optionally scale atau skala pilihan, mengacu pada banyak atau sedikitnya pilihan option yang disampaikan penutur kepada mitra tutur dalam kegiatan bertutur. Semakin prtuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur untuk menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut. c Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, merujuk pada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan tersebut. Sebaliknya, semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. d Authority scale atau skala keotoritasan, merujuk pada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam kegiatan pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur. e Social distance scale atau skala jarak sosial, merujuk pada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan semakin dekat jarak hubungan sosial di antara keduanya yakni penutur dan lawan tuturnya akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak hubungan sosial di antara keduanya, maka akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Dengan kata lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur sangat menentukan skala kesantunan tuturan suatu bahasa ketika bertutur Rahardi, 200566-70. Skala-skala menurut para ahli di atas telah dijelaskan dengan sedemikian rupa. Untuk mempersingkat pemahaman mengenai skala-skala tersebut, peneliti akan merangkumnya dengan singkat, padat, dan jelas. Skala Robin Lakoff 1973 memaparkan mengenai kenyamanan dalam berkomunikasi, skala Brown dan Levinson 1978 memaparkan mengenai peringkat dalam berkomunikasi, baik untuk subjek maupun tuturannya, dan yang terakhir adalah skala Geoffrey Leech 1983 yang memaparkan mengenai cakupan atau rangkuman dari skala Robin Lakoff dan Brown dan Levinson. Mengapa dikatakan bahwa skala Geoffrey Leech merupakan rangkuman dari kedua skala lainnya? Hal ini karena dalam skala milik Leech dipaparkan mengenai kenyamanan dan peringkat dalam berkomunikasi seperti yang telah dijelaskan pada skala milik Robin Lakoff dan Brown dan Levinson. Dengan kata lain, skala milik Leech merupakan skala yang lengkap. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari paparan di atas mengenai kriteria kesantunan yang harus diperhatikan adalah jarak sosial antara penutur dan mitra tutur, adanya suatu pilihan saat kita bertutur kata, status sosial, ketidaklangsungan menyampaikan maksud saat bertutur kata, kedekatan penutur dengan mitra tutur, dan adanya otoritas antara penutr dan mitra tutur. Terdapat beberapa kriteria skala kesantunan dari beberapa ahli yang dapat digunakan sebagai alat ukur kesantunan dalam sebuah percakapan para pedagang “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan kriteria skala kesantunan Geoffrey Leech dalam menganalisis tingkat kesantunan berbahasa pedagang “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta. Peneliti ingin menganalisis mengenai tingkat kesantunan berbahasa pedagang “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta yang dibagi menjadi dua sub, yakni 1 tingkat kesantunan penjual di perko trotoar Malioboro Yogyakarta dan 2 tingkat kesantunan pembeli di perko trotoar Malioboro Yogyakarta. Dasar analisis penelitian ini menggunakan skala kesantunan Geoffrey Leech yang dijabarkan dalam lima skala sebagai tolok ukur tingkat kesantunan berbahasa pedagang “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta. Kelima skala yang terangkum dalam skala pragmatik adalah 1 skala biaya-keuntungan, 2 skala keopsionalan, 3 skala ketaklangsungan, 4 skala keotoritasan, dan 5 skala jarak sosial. Namun, peneliti hanya menggunakan tiga skala sebagai dasar analisisnya. Tiga skala tersebut, yaitu 1 skala biaya-keuntungan, 2 skala keopsionalan, dan 3 skala ketaklangsungan. Hal ini karena ketiga skala yang akan digunakan sebagai dasar analisis penelitian ini sudah dapat dikatakan mencakup dari skala-skala lainnya. Selain itu data-data yang telah diperoleh oleh peneliti juga hanya mencakup tiga skala tersebut. Dengan kata lain, peneliti hanya menggunakan tiga skala milik Leech karena menurut peneliti tiga skala Leech tersebut sudah dapat mewakili untuk melihat tingkat kesantunan berbahasa baik penjual maupun tingkat kesantunan berbahasa pembeli. Dengan adanya ketiga skala tersebut, peneliti dapat mengetahui apakah tuturan pedagang dan pembeli “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta tersebut tergolong santun atau tidak santun.
Kriteriaadalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penentuan sesuatu. Penafsiran citra adalah proses penerjemahan data (citra) menjadi informasi. Penginderaan jauh adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya hutan dan lingkungan dengan menggunakan peralatan yang secara fisik tidak
Dari Wiktionary bahasa Indonesia, kamus bebas Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian bahasa Indonesia[sunting] Nomina kriteria posesif ku, mu, nya; partikel kah, lah kriteria ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu Etimologi Kata turunan Sinonim Frasa dan kata majemuk Terjemahan[?] Lihat pula Semua halaman dengan kata "kriteria" Semua halaman dengan judul mengandung kata "kriteria" Lema yang terhubung ke "kriteria" Pranala luar Definisi KBBI daring KBBI V, SABDA KBBI III, Kamus BI, Tesaurus Tesaurus Tematis, SABDA Terjemahan Google Translate, Bing Translator Penggunaan di korpora Corpora Uni-Leipzig Penggunaan di Wikipedia dan Wikisource Wikipedia, Wikisource Ilustrasi Google Images, Bing Images Jika komentar Anda belum keluar, Anda dapat menghapus tembolok halaman pembicaraan ini. Belum ada komentar. Anda dapat menjadi yang pertama lbs Bahasa Indonesia a ° ‧ b ° ‧ c ° ‧ d ° ‧ e ° ‧ f ° ‧ g ° ‧ h ° ‧ i ° ‧ j ° ‧ k ° ‧ l ° ‧ m ° ‧ n ° ‧ o ° ‧ p ° ‧ q ° ‧ r ° ‧ s ° ‧ t ° ‧ u ° ‧ v ° ‧ w ° ‧ x ° ‧ y ° ‧ z ° Kategori Kata Kata dasar Kata berimbuhan Kata ulang Turunan kata Gabungan kata majemuk Frasa Turunan frasa Morfem Imbuhan Prakategorial Morfem terikat Morfem unik Peribahasa/idiom Kiasan/ungkapan Kependekan singkatan dan akronim Bahasa daerah Bahasa asing/serapan Kata dengan unsur serapanKelas kata Adjektiva Adverbia Artikula Interjeksi Interogativa Konjungsi Nomina Numeralia Partikel Preposisi Pronomina VerbaRagam bahasa Arkais tidak lazim / Ejaan lama Cakapan tidak baku / nonformal / variasi Klasik naskah kuno Kasar Hormat Feminin MaskulinBidang ilmu /Leksikon Administrasi dan Kepegawaian Agama Budha Agama Hindu Agama Islam Agama Katolik Agama Kristen Anatomi Antropologi Arkeologi Arsitektur Astrologi Astronomi Bakteriologi Biologi Botani Demografi Ekonomi dan Keuangan Elektronika Entomologi Farmasi Filologi Filsafat Fisika Geografi dan Geologi Grafika Hidrologi Hidrometeorologi Hukum Ilmu Komunikasi Kedirgantaraan Kedokteran dan Fisiologi Kehutanan Kemiliteran Kesenian Kimia Komputer Linguistik Manajemen Matematika Mekanika Metalurgi Meteorologi Mikologi Mineralogi Musik Olahraga Pelayaran Pendidikan Penerbangan Perdagangan idNegasiIndeks Alfabetis Frasa Frekuensi Kiasan Peribahasa Serapan Gambar 206 kata benda dasar Swadesh 207 kata dasar Kata perhentian stopwords RimaImbuhan Nomina -an ke-/ke-an/keber-an/kepeng-an/kese-an/keter-an/ketidak-an pe-/pe-an per-/per-an se-/se-an Adjektiva ter- se- ke- Verba ber-/ber-an/ber-kan me-/me-i/me-kan di-/di-i/di-kan ku-/ku-i/ku-kan kau-/kau-i/kau-kan memper-/memper-i/memper-kan diper-/diper-i/diper-kan kuper-/kuper-i/kuper-kan kauper-/kauper-i/kauper-kan -i -kan Akhiran -ku -mu -nya -kah -lah -tah Sisipan -er-, -el-, -em-, -in- KategoriBahasa Indonesia IndeksBahasa Indonesia ProyekWiki bahasa Indonesia Lampiran bahasa Indonesia Bahasa daerah sebagian atau seluruh definisi yang termuat pada halaman ini diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Sikapmerupakan sesuatu hal yang dapat menggambarkan perasaan seseorang. Oleh karena itu tidak mudah untuk menilai sikap seseorang. Untuk itu diperlukan tehnik-tehnik yang pas dalam melakukan penilaian. Adapun teknik yang dapat dilakukan antara lain observasi perilaku, laporan pribadi, dan pertanyaan langsung (Uno dan Koni, 2014). NilaiJawabanSoal/Petunjuk KRITERIA Ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu PARAMETER Ukuran KONSIDERANS Pertimbangan yang menjadi dasar penetapan keputusan, peraturan, dan sebagainya ASAS Dasar PATOKAN 1 barometer, kriteria, parameter, standar, tolok ukur, ukuran; 2 asas, dasar, hukum, kaidah, konvensi, norma, pedoman, pegangan, peraturan, petunjuk, pijakan, prinsip; TOLOK Banding; imbangan yang sama; tara; - banding ukuran pembanding; - ukur sesuatu yang dipakai sebagai dasar mengukur menilai, dsb; patokan; standar; APERSEPSI Psi pengamatan secara sadar penghayatan tt segala sesuatu dalam jiwanya dirinya sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru MOTIF 1 sebab-sebab yang mendorong seseorang untuk berbuat; 2 dasar pikiran atau pendapat; 3 sesuatu yang menjadi pokok dalam cerita, gambaran, dsb; 4 corak; BAKU Asas, dasar, formal, konvensional, lazim, normal, pangkal, patokan, pokok, seragam, standar, tolok ukur, tonggak, ukuran, utama; ALASAN Dasar KEWAJIBAN 1 sesuatu yang wajib dilaksanakan; keharusan; 2 yang harus dilaksanakan; ~ bersyarat kewajiban dengan syarat; ~ manusia segala sesuatu, yang menjadi ... DIAGRAM ...barnya sama, dan dilengkapi dengan skala sehingga ukuran datanya terlihat dengan jelas pd diagram itu; - lingkaran Mat diagram yang dinyatakan deraja... INVOLUSI ...ih baik; 2 Dok perubahan bagian tubuh kembali kpd ukuran yang normal seperti rahim yang mengecil sesudah, bersalin dsb; 3 Dok kemunduran dalam perke... PUNTUNG 1 sisa kayu rokok dsb yang sudah terbakar sebagian - api-api; - rokok; 2 buntung; kudung; baju -; celana -; 3 cak merugi dasar sial, sepuluh kali... TUMPUAN 1 tempat bertumpu; sesuatu untuk menumpukan kaki dsb; 2 dasar; 3 pangkalan untuk menyerang dsb; 4 bagian bawah tempat kaki tt tempat tidur; 5 ki ... TEORI Asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu pengetahuan LUBUK 1 bagian dasar sungai, danau, laut tempat lekan berkumpul; luak menangkap lekan di -; 2 ark jeluk; berlekuk dalam piring -; pinggan -; - akal l... UNDANG, UNDANG-UNDANG 1 ketentuanketentuan dan peraturanperaturan yang dibuat oleh pemerintah suatu negara, disusun oleh kabinet menteri, badan eksekutif, dsb dan disahk... WARNA 1 kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya; corak rupa seperti biru dan hijau; 2 kl kasta; golongan; t... POKOK 1 = - kayu segala tumbuhan yang batang kayu dari pangkal ke atas pd - pohon asam itu banyak torehan-torehan; 3 uang yang dipakai sebagai induk dal... KURANG ... tepat, dsb uangnya rnasih - untuk membayar uang pangkal sekolah anaknya; 2 untuk menyatakan bilangan, ukuran, dsb yang sedikit satu, dua, dsb ... TAHUN ... yang belum habis hari bulannya; - cahaya satuan ukuran dalam astronomi, di antaranya 1 detik cahaya atau 300000 km; - dasar Stat tahun tertentu, mi... LEMBAGA Asal mula yang akan menjadi sesuatu LEBIH 1 lewat dari semestinya tt ukuran, banyaknya, besarnya, dsb panjang kain itu - setengah meter; 2 ber sisa, ada sisanya nasi ini - jika hanya ... MAKAN 1 memasukkan sesuatu nasi dsb ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya mereka - makan pagi sebelum berangkat; 2 ki rezeki; mencari -; 3...
menjadiperangkat tes. Hasil dari pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation. Wardani, Naniek Sulistya dkk, (2010,2.8) mengartikanya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara
NilaiJawabanSoal/Petunjuk KRITERIA Ukuran yang menjadi dasar penilaian PARAMETER Ukuran ASAS Dasar PATOKAN 1 barometer, kriteria, parameter, standar, tolok ukur, ukuran; 2 asas, dasar, hukum, kaidah, konvensi, norma, pedoman, pegangan, peraturan, petunjuk, pijakan, prinsip; TOLOK Banding; imbangan yang sama; tara; - banding ukuran pembanding; - ukur sesuatu yang dipakai sebagai dasar mengukur menilai, dsb; patokan; standar; APERSEPSI Psi pengamatan secara sadar penghayatan tt segala sesuatu dalam jiwanya dirinya sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru MOTIF 1 sebab-sebab yang mendorong seseorang untuk berbuat; 2 dasar pikiran atau pendapat; 3 sesuatu yang menjadi pokok dalam cerita, gambaran, dsb; 4 corak; BAKU Asas, dasar, formal, konvensional, lazim, normal, pangkal, patokan, pokok, seragam, standar, tolok ukur, tonggak, ukuran, utama; ALASAN Dasar KEWAJIBAN 1 sesuatu yang wajib dilaksanakan; keharusan; 2 yang harus dilaksanakan; ~ bersyarat kewajiban dengan syarat; ~ manusia segala sesuatu, yang menjadi ... DIAGRAM ...barnya sama, dan dilengkapi dengan skala sehingga ukuran datanya terlihat dengan jelas pd diagram itu; - lingkaran Mat diagram yang dinyatakan deraja... INVOLUSI ...ih baik; 2 Dok perubahan bagian tubuh kembali kpd ukuran yang normal seperti rahim yang mengecil sesudah, bersalin dsb; 3 Dok kemunduran dalam perke... PUNTUNG 1 sisa kayu rokok dsb yang sudah terbakar sebagian - api-api; - rokok; 2 buntung; kudung; baju -; celana -; 3 cak merugi dasar sial, sepuluh kali... TUMPUAN 1 tempat bertumpu; sesuatu untuk menumpukan kaki dsb; 2 dasar; 3 pangkalan untuk menyerang dsb; 4 bagian bawah tempat kaki tt tempat tidur; 5 ki ... TEORI Asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu pengetahuan LUBUK 1 bagian dasar sungai, danau, laut tempat lekan berkumpul; luak menangkap lekan di -; 2 ark jeluk; berlekuk dalam piring -; pinggan -; - akal l... UNDANG, UNDANG-UNDANG 1 ketentuanketentuan dan peraturanperaturan yang dibuat oleh pemerintah suatu negara, disusun oleh kabinet menteri, badan eksekutif, dsb dan disahk... WARNA 1 kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya; corak rupa seperti biru dan hijau; 2 kl kasta; golongan; t... POKOK 1 = - kayu segala tumbuhan yang batang kayu dari pangkal ke atas pd - pohon asam itu banyak torehan-torehan; 3 uang yang dipakai sebagai induk dal... KURANG ... tepat, dsb uangnya rnasih - untuk membayar uang pangkal sekolah anaknya; 2 untuk menyatakan bilangan, ukuran, dsb yang sedikit satu, dua, dsb ... TAHUN ... yang belum habis hari bulannya; - cahaya satuan ukuran dalam astronomi, di antaranya 1 detik cahaya atau 300000 km; - dasar Stat tahun tertentu, mi... LEMBAGA Asal mula yang akan menjadi sesuatu LEBIH 1 lewat dari semestinya tt ukuran, banyaknya, besarnya, dsb panjang kain itu - setengah meter; 2 ber sisa, ada sisanya nasi ini - jika hanya ... MAKAN 1 memasukkan sesuatu nasi dsb ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya mereka - makan pagi sebelum berangkat; 2 ki rezeki; mencari -; 3... BATU ...itam yang keras; - dacin timah atau logam dengan ukuran tertentu pd dacin untuk alat ukuran timbangan; anak timbangan; - - delima permata yang warnan...
Tahapantahapan yang dilakukan dalam penyusunan rubrik yaitu memikirkan dan melakukan analisis kompetensi yang akan diukur; menguraikan kompetensi dasar menjadi beberapa hal yang dapat memberikan 170 Edukasi: Jurnal Pendidikan, Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 Pentingnya Rubrik Penilaian dalam Pengukuran Kejujuran.. mfFUv.
  • 8ar57c5snt.pages.dev/104
  • 8ar57c5snt.pages.dev/273
  • 8ar57c5snt.pages.dev/204
  • 8ar57c5snt.pages.dev/87
  • 8ar57c5snt.pages.dev/148
  • 8ar57c5snt.pages.dev/131
  • 8ar57c5snt.pages.dev/359
  • 8ar57c5snt.pages.dev/358
  • 8ar57c5snt.pages.dev/296
  • ukuran yang menjadi dasar penilaian sesuatu